Currently Living in:
J-town [city that never sleeps], Indonesia
About Me:
Just an ordinary girl who's still trying to fit in this so called world | Born on February 6th as the eldest of 4 | Was named Priscila Febriana Carlita because daddy is a fan of Priscilla Presley | Graduated from FISIP UI-PR & ATMA JAYA-Faculty of Education,English Department | Curiousity kills | Always trying to be in others' shoes | Wanting to be loved&respected sincerely | In search for the true meaning of life
Beberapa hari lalu, saya menyaksikan penampilan GIGI di layar TV. Band yang sudah 13 tahun berada di industri musik Indonesia ini selalu berhasil membuat saya terdecak kagum. GIGI adalah salah satu band Indonesia favorit saya. Dari sekian banyak band papan atas Indonesia yang sudah belasan tahun makan asam garam industri musik Tanah Air, mereka adalah salah satunya yang tetap mampu mempertahankan eksistensi melalui karya2 berkualitas dan atraksi panggung yang nggak ada matinya (bukan melalui gosip2 aneh tentang kehidupan pribadi personilnya - yg akhir2 ini banyak ditampilkan di acara infotainment di semua stasiun TV swasta nasional).
Ngomongin GIGI selalu membuat saya semangat :p Saya pernah menonton langsung aksi panggung mereka beberapa kali. Dan di setiap penampilannya, mereka selalu berhasil membangkitkan semangat para penonton, nggak peduli saat itu sedang panas terik ataupun hujan deras. Mereka bener2 band yang mampu unjuk gigi dalam keadaan apa pun!!
Saya salut dengan ke-rendah hati-an para personil GIGI. Mereka tau, bahwa mereka band besar yang menjadi panutan bagi band2 muda. Tapi itu ga membuat mereka besar kepala. Mereka sadar, bahwa musik mereka berkualitas, tapi itu juga ga membuat mereka sombong. Saya pernah menjadi moderator di kegiatan press conference GIGI di beberapa acara musik salah satu klien saya. And to be honest, saya selalu deg2an saat berada di depan mereka! Hehehe.. :P Selain senang dengan lagu2 mereka, saya juga fans berat Armand Maulana si vokalis.. haha.. Ada untungnya juga, ternyata, kerja di PR agency. Jadi bisa ketemu sama artis idola.
Karena sudah beberapa kali terlibat dalam acara2 musik (di mana saya ada kesempatan untuk bertemu anak2 band), sekarang saya udah keburu (sedikit) mati rasa kalo ngeliat mereka. Di saat para ABG meneriakkan nama para personil dari salah satu band, saya seringkali hanya diam & tak jarang menggangap ABG2 itu sedikit norak :P hehehe… Mungkin karena saya sudah terbiasa ngeliat (& kadang bertatap muka) dengan anak band yaa? Bosen juga karena ngeliatnya anak band yg itu2 mulu. Tapiiii… akan beda hal-nya kalo saya ketemu GIGI. Saya melihat mereka sebagai sekumpulan musisi papan atas yang tahu benar apa arti aksi panggung berkualitas =)They know how to deal with the crowd and create excitement during their performance!! Dengan kata lain… TOP BGT!! Maka dari itu, ga jarang, saya juga ikutan bertingkah layaknya ABG kalo nonton mereka manggung. Saya rela dianggap norak demi mereka. It’s worth it! Hahaha… *p
Beberapa saat lalu, rekan kerja saya di kantor mengeluh karena cara berpakaiannya seringkali menjadi persoalan bagi orang2 di kantor. Harus saya akui, cara dia berpakaian seringkali cukup 'menantang' & mengundang perhatian & omongan orang2 sekantor. Tanpa bermaksud menyindirnya, beberapa orang di kantor pun telah beberapa kali memberi semacam teguran halus agar dia membenahi caranya berpakaian. Sayangnya, hal ini terus berulang hingga saat ini.
Disukai atopun tidak, Indonesia memang masih memegang teguh adat2 ketimuran. Tidak seperti bangsa2 Barat yg menjunjung tinggi kebebasan dalam hampir segala hal, di Indonesia, justru kebebebasan dalam banyak hal dibatasi oleh kultur kebudayaan yang ada. Salah satunya adalah cara kita berpakaian.
Cara seseorang berpakaian memang hak pribadi masing2 orang. Mau pake baju ketat keq.. baju longgar keq.. celana pendek keq.. rok mini keq.. itu memang terserah pribadi masing2. Mau dipakai dengan gaya seperti apa, itu juga terserah yg punya baju. Sayangnya... di Indonesia, cara kita berpakaian ga bisa sebebas di negara2 Barat. Ga jarang, orang akan mengomentari kita karena cara berpakaian kita. Terkesan ga adil memang... but hey... that's the way most people think in Indonesia. Whether you like it or not, it happens.
Saya pribadi termasuk orang yg ga suka mengenakan baju yg aneh2 / nyeleneh, apalagi yg terlalu terbuka. Mungkin ini pengaruh didikan keluarga saya yg selalu menomorsatukan kesopanan dalam segala hal, termasuk dalam hal berpakaian. Tapi itu ga berarti saya akan langsung memandang negatif orang2 yg berpakaian ga sesuai dgn selera / gaya saya. Again, tiap orang punya hak untuk berpakaian seperti apapun yg dia suka & mau.
Satu hal yg mungkin perlu diperhatikan mengenai hal ini adalah... sekalipun kita berhak memakai baju jenis apapun dengan cara apapun, ada baiknya kita tetap melihat situasi & kondisi yg ada. Kalo misalnya sedang ada di kantor, ada baiknya kita juga berpakaian sesuai dengan ketentuan yg berlaku. Apalagi kalo pekerjaan kita menuntut kita bertemu dengan banyak orang (mis: klien). Kita ga akan pernah tau apa yg ada di pikiran orang lain. Jangan sampe cara berpakaian kita membuat kita terlihat 'jelek' di mata klien, misalnya. Whether you like it or not, di Indonesia masih ada louh orang yg memandang orang lain dari apa yg ia kenakan. Karena ya itu tadi... adat2 ketimuran masih dijunjung cukup tinggi di negara ini. Toh kalo sudah berada di luar jam kantor, sah2 aja koq kalo kita mau berpakaian seperti apa pun. Ga mungkin juga kan dugem pake kemeja & jas?? :p
Ada baiknya kita senantiasa beradaptasi dengan situasi & kondisi yg ada di tempat tinggal kita. Mengingat ini Indonesia, ada baiknya pula kita beradaptasi dengan kultur kebudayaan yg sudah mendarah daging di negara ini. Masih ada kemungkinan, bahwa kultur ketimuran akan 'lepas' dari Indonesia. Toh segala hal mungkin saja terjadi di dunia ini. Tapi yg namanya perubahan, pasti butuh proses yg ga sebentar. Jadi... selama masih ada di Indonesia... mau tidak mau, suka atopun tidak, kita masih harus beradaptasi dengan kultur yg ada.
Adaptasi memang ga selamanya gampang, tapi hal tersebut perlu dilakukan. Bukan hanya untuk kepentingan pribadi, tapi juga orang lain. Apapun yg kita lakukan, akan berdampak juga ke orang lain. Kita ga akan tahu apa dampaknya bagi orang lain. Bisa buruk, bisa juga baik. Seperti yg sudah saya sebutkan di atas. Bisa aja kan cara berpakaian seseorang berdampak buruk bagi citra perusahaan (dan juga citra diri sendiri)?? Memulihkan citra ga semudah membalikkan telapak tangan. Why? Because it's related with other people's minds and no one in the world have the right to control them. Maka dari itu, lebih baik mencegah sebelum terjadi kan? ;)
Saya mulai lelah bertahan. Semakin hari, sepertinya saya semakin ditunjukkan kalau pertahanan yang saya lakukan selama ini mulai sia-sia saja. Untuk apa bertahan kalau tidak diperdulikan? Untuk apa bertahan kalau tidak dihargai? Untuk apa bertahan kalau tidak lagi merasa nyaman? Untuk apa bertahan kalau saya semakin sering menggurutu? Untuk apa???