Masalah rumah tangga Maia & Dhani Ahmad lagi rame banget diberitain di berbagai media di tanah air. Sebagai pemirsa setia infotainment, saya lumayan intensif mengikuti "duel" seru yg satu ini.
Saya heran... di tengah era globalisasi & modernitas seperti sekarang, masih ada laki-laki yg berpikiran seperti layaknya manusia zaman batu. Pemikiran Dhani yg sempit & arogan bener2 menunjukkan nggak adanya bentuk penghargaan terhadap Maia; baik itu Maia sebagai istri, perempuan, maupun manusia. Saya juga heran... koq yaa ada perempuan seperti Maia. Tabah & sabarnya itu louh yg bikin banyak orang geleng2 kepala.
Terlepas dari siapa yg salah & siapa yg bener, saya rasa, sikap Maia yg tetap tenang & "membumi" merupakan langkah yg cukup bijaksana. Sikapnya itu merupakan contoh yg cukup positif untuk ketiga anaknya. Di lain pihak, sikap arogan Dhani bisa menimbulkan trauma tersendiri bagi ketiga anaknya. Semuda apa pun umur seorang anak, apa yg terjadi antara kedua orang tua, tetap akan menimbulkan efek bagi si anak. Dan pertengkaran yang dibawa ke ruang publik, seperti kasus Maia & Dhani, bukan tidak mungkin akan menimbulkan trauma bagi anak-anak. They may be little kids, but they can see, listen, and feel.
Salah satu sikap arogan Dhani yg menurut saya nggak penting sama sekali, adalah pengiriman surat terhadap 3 perempuan yg memiliki peran penting di Indonesia. Salah satunya adalah Ibu Meutia Hatta, Menteri Pemberdayaan Wanita. Emangnya Dhani orang se-penting itu yaa sampe-sampe dia ngerasa harus ngirim surat ke ibu menteri? Kalo ada menteri yang saling kirim surat (dengan menteri lain) terkait dengan masalah dalam negeri, itu sich wajar-wajar aja. Hlah ini... Koq bisa-bisanya Dhani curhat ke menteri? Bener2 nggak bijak & nggak penting banget!!
|