Kecewa dengan keadaan, mungkin sudah biasa. Kecewa dengan diri sendiri, mungkin juga sama saja. Kecewa dengan orang lain... hmm... lebih biasa lagi, sepertinya. Semakin sering diri dikecewakan dengan banyak hal, harusnya bisa membuat kita semakin sabar dan terbiasa. Tapi yang namanya manusia, aku rasa punya kesabaran yang ada batasnya. Dan kalau batas itu sudah sampai pada garis yang paling akhir, bisakah kita memperpanjangnya? Mungkin bisa-biasa saja, tapi semuanya tergantung pada manusia-nya toh?
Semakin sering kita dikecewakan, akan ada tendensi untuk memandang pesimis banyak hal. Kalau sudah begini, siapa yang harus disalahkan? Manusia yang mencoba memperpanjang garis batas (padahal mungkin kekesalan dan kekecewaannya sudah sampai ke ubun-ubun), atau manusia lain yang (seringkali) membuatnya kecewa (tapi seakan tidak sadar akan perbuatannya)?
|