Pernah kepikiran nggak kalo orang-orang terdekat justru orang-orang yang lebih mudah menyakiti kita? Well... sejujurnya, saya berpikir.. atau setidaknya mencoba berpikir, bahwa orang-orang terdekat lah yang seharusnya nggak menyakiti kita. Tapi koq kenyataan sering berbicara lain yaa?
Tanpa diketahui oleh si orang-orang terdekat, kadang kita bisa mengetahui apa yang dia atau mereka lakukan di belakang kita. Dan disadari atau tidak, disengaja atau tidak, terkadang (bisa jadi) itu menyakitkan. Kalau terjadi demikian, apa yang sebaiknya kita lakukan? Di mata saya, ada dua pilihan: berbicara atau diam saja. Tinggal pilih sesuai keinginan, keadaan, dan kebutuhan. Dua-duanya punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing (tergantung konteks masalah yang dihadapi). Intinya, keduanya sama-sama ber-resiko.
Dalam kasus saya (yang kurang etis kalo diceritain di sini), saya memilih diam. Bukan karena nggak menginginkan penjelasan atas apa yang dilakukan oleh si oknum... tapi karena saya nggak pengen memperbesar masalah (yang mungkin seharusnya nggak perlu diperbesar). Call me stupid for not telling how I feel of that person's behavior.. but due to some circumstances, I feel that I have to stay silence about it. Namun tak jarang saya berharap... semoga dia (cepat) sadar dengan sendirinya, bahwa apa yang dia lakukan.. dia sadari atau tidak, sesungguhnya menyakitkan hati saya.
Saya percaya karma. Dan terkait dengan kasus saya ini, tanpa bermaksud jahat, saya hanya berharap semoga dia mendapatkan karma yang setimpal. |